Penulis Soekarno Files, Antonie CA Dake, Dihajar Lagi (1);(2)
http://www.rakyatmerdeka.co.id/edisicetak/?pilih=lihat&id=9056
Keluarga Bung Karno Siap Menuntut
Rakyat Merdeka, 21 Januari 2006
Penulis Soekarno Files, Antonie CA Dake, Dihajar Lagi (1)
SERANGAN hebat kembali ditujukan kepada penulis asal Belanda Antonie CA Dake yang baru meluncurkan bukunya Soekarno File, Berkas-berkas Soekarno 1965-1967, Kronologi Suatu Keruntuhan asal Belanda. Kali ini oleh keluarga Bung Karno sendiri yang mengaku tak bisa menerima, sehingga akan menuntut Dake. Demikian dikutip koran Belanda de Telegraaf.
Hal tersebut dikemukakan advokat keluarga Soekarno, Amin Aryoso, kepada wartawan de Telegraaf. Amin Aryoso menyatakan, Dake menyebarkan fitnah terhadap Soekarno.
Megawati sebelumnya malah menyatakan, kesimpulan Dake sebagai pembunuhan karakter terhadap Bung Karno.
Tak cuma itu, serangan pedas juga dilakukan Heru Atmodjo. Perlu diketahui, soal sosok Heru, peneliti senior LIPI Asvi Warman Adam menulis, “Saat ini saksi kunci mengenai G30S semakin berkurang bahkan bisa dihitung dengan jari. Salah satu yang masih hidup adalah Heru Atmodjo. Letnan Kolonel (Penerbang) kelahiran Jember tahun 1929 ini menjabat Asisten Direktur Intelijen AURI saat kejadian tragis tersebut. Ia mengikuti dari dekat (bahkan dari dalam), perkembangan peristiwa sehari sebelum terjadi, pada hari H dan beberapa hari setelah meletus gerakan lokal berskala kecil yang ternyata berdampak sangat penjang secara nasional.”
“Keputusan-keputusan penting pada saat yang krusial itu diikuti dan didengar Heru Atmodjo. Ia adalah “saksi mata” dan “saksi telinga” gerakan tersebut. (Lihat buku “Gerakan 30 September 1965 Kesaksian Letkol (PNB) Heru Atmodjo”, Terbitan PEC, Hasta Mitra dan Tride, Jakarta, Oktober 2004, hal. xxv).
Dari keterangan yang dia dapat, menurut Heru, Dake berasal dari anak tuan pemilik perkebunan di Jawa Timur. Dia menduga, Dake masih sakit hati atas tindakan pemerintah RI menasionalisasikan perkebunan milik orang tuanya itu. Maka tidak aneh kalau sekarang Dake berupaya mencari keuntungan materi dan titel kesarjanaannya dengan menulis sesuatu yang dianggap hanya berisi kebohongan itu.
Sebagai latar, Heru menyebut adanya dua orang korban pemeriksaan Kopkamtib di era Soeharto. Pertama, Komodor Susanto, yang menyerah kepada pemeriksa dengan menandatangani apa saja yang dimaui interogator ketika itu. Akibatnya skenario Kabut Halim dilengkapi dengan kesaksian kesaksian terutama anak buahnya orang seperti Sujono, seperti Anis Suyatno. “Melihat baju hijau saja waktu itu orang sudah ketakutan. Susanto lalu sakit jantung dan meninggal,” kenang Heru.
Kedua, Bambang Widjanarko. Ia, menurut Heru, tidak ditahan. Tapi Bambang sendiri, masih menurut Heru sebenarnya tahu, pengakuannya itu bohong. Akibatnya, ia tidak berani bertemu teman-temannya. Sayangnya, hasil interogasi terhadapnya oleh rezim Soeharto itu yang dianggap berisi kebohongan itu lalu digunakan Dake memfitnah Bung Karno. RM
Bersambung Dari Dua Tulisan/ASA
------
http://www.rakyatmerdeka.co.id/edisicetak/?pilih=lihat&id=9113
Dari Belanda, Isinya Omong Kosong
Rakyat Merdeka, 22 Januari 2006
Penulis Soekarno Files, Antonie CA Dake, Dihajar Lagi (2)
PENERIMA anugerah pejuang kebebasan dari Belanda, Wertheim Award (WA) asal Indonesia, Joesoef Isak, juga turut mengkritik tajam tulisan Dake. Di sela-sela upacara penerimaan WA bersama Gunawan Mohammad pertengahan Desember lalu di KBRI Den Haag (Belanda), seorang hadirin mengajukan pertanyaan kepada Joesoef, bagaimana pendapatnya mengenai buku Dake tersebut.
Jawaban Joesoef, pedas. “Dat is klinkklare onzin (Isinya omong kosong! –red),” cetusnya. Kepada Rakyat Merdeka, dia memang mengaku tidak membaca dengan teliti buku itu dari A sampai Z. Tapi Joesoef mengaku, Dake pernah datang ke rumahnya bersama Pattiradjawane, bekas wartawan Kantor Berita Antara (yang pernah menjadi wartawan Radio Nederland Seksi Indonesia di Negeri Belanda). Saat itu menurutnya, dia tidak tahu persis siapakah Antonie, dan apa yang mau ditulisnya.
“Dake datang ke rumah saya karena dia ingin bertemu Rewang (salah seorang tokoh komunis tahun 60-an –red) di Solo. Saya selenggarakan pertemuan itu. Pertemuan tersebut berlangsung beberapa tahun yang lalu. Saya tidak ingat kapan tepatnya pertemuan Dake dan Rewang itu,” kenang Joesoef.
Joesoef mengaku cuma tahu Pattiradjawane kemudian menceriterakan, Dake ini sangat puas bertemu dengan Rewang tersebut. Dikatakannya, setelah bicara dengan Rewang, Dake merasa mendapat pembenaran. Jadi Dake merasa tesisnya itu benar.
Pertanyaannya, “Ngomong apa Rewang kepada Dake? Apanya yang benar? Sebab, saya bisa menafsirkan apa yang disampaikan Rewang kepada Dake dalam pembicaraan mereka itu ke segala jurusan. Terutama, memang saya tahu, Rewang ikut-ikut menyalahkan Bung Karno. Sebab saya cukup mempunyai pengalaman bertahun-tahun bersama di penjara sama orang-orang PKI. Di antara orang-orang PKI itu banyak kelompok. Ada yang tetap membela Bung Karno, ada yang ikut memaki Bung Karno. Saya tidak tahu persis, Rewang itu ngomong apa dengan Dake,” jelasnya.
Tampaknya, lanjut Joesoef, ketika mereka bertemu dan berbincang tentang peristiwa G30S, Dake merasa ada pembenaran dari Rewang. Sehubungan dengan ini menurut Joesoef, dia hanya bilang kepada Pattiradjawane, dia apriori dengan kesimpulan Dake tentang dalang G30S.
“Belum saya baca semuanya pun, saya berani katakan apa-apa yang ditulis si Dake ini omong kosong. Sebab, saya anggap dia tidak kenal Bung Karno. Dake ini bertolak untuk menjatuhkan Bung Karno,” lanjutnya.
Meski dia mengakui tidak melakukan studi khusus mengenai Dake, tapi belakangan, Joesoef tahu, Dake ini memang di-supply oleh Nugroho Notosusanto, seorang tokoh Orde Baru. Dan satu-satunya sumber yang digunakan untuk tesis itu menurutnya adalah Bambang Widjanarko, bekas ajudan Bung Karno yang dianggap berkhianat. RM
Habis/ASA
0 Comments:
Post a Comment
<< Home