Sunday, January 22, 2006

Penulis Soekarno Files, Antonie CA Dake, Dihajar Lagi (1);(2)

http://www.rakyatmerdeka.co.id/edisicetak/?pilih=lihat&id=9056

Keluarga Bung Karno Siap Menuntut
Rakyat Merdeka, 21 Januari 2006

Penulis Soekarno Files, Antonie CA Dake, Dihajar Lagi (1)

SERANGAN hebat kembali di­tu­jukan kepada penulis asal Be­landa Antonie CA Dake yang ba­ru me­lun­­curkan bukunya Soe­kar­no File, Berkas-berkas Soekarno 1965-1967, Kronologi Suatu Ke­run­tuhan asal Belanda. Kali ini oleh keluarga Bung Karno sendiri yang mengaku tak bisa menerima, se­hingga akan me­nuntut Dake. De­mi­kian dikutip kor­an Belanda de Te­legraaf.

Hal tersebut dikemukakan ad­vokat keluarga Soekarno, Amin A­ry­o­so, kepada wartawan de Te­le­­graaf. Amin Aryoso men­ya­ta­kan, Dake menyebarkan fitnah ter­hadap Soekarno.

Megawati sebelumnya malah menyatakan, kesimpulan Dake se­bagai pembunuhan karakter ter­hadap Bung Karno.

Tak cuma itu, serangan pedas ju­­ga dilakukan Heru Atmodjo. Per­­lu diketahui, soal sosok Heru, pe­neliti senior LIPI Asvi Warman Adam menulis, “Saat ini saksi kun­­ci mengenai G30S semakin ber­­kurang bahkan bisa dihitung de­­ngan jari. Salah satu yang ma­sih hidup adalah Heru Atmodjo. Let­­nan Kolonel (Penerbang) ke­la­hiran Jember tahun 1929 ini men­­jabat Asisten Direktur Inte­li­jen AURI saat kejadian tragis ter­sebut. Ia mengikuti dari dekat (bahkan dari dalam), perkem­bang­an peristiwa se­hari sebelum ter­jadi, pada hari H dan beberapa hari setelah meletus gerakan lokal ber­skala kecil yang ternyata ber­dam­pak sangat penjang secara na­­sional.”
“Keputusan-keputusan penting pada saat yang krusial itu diikuti dan didengar Heru Atmodjo. Ia adalah “saksi mata” dan “saksi te­li­nga” gerakan tersebut. (Lihat bu­ku “Gerakan 30 September 1965 Kesaksian Letkol (PNB) He­ru Atmodjo”, Terbitan PEC, Has­ta Mitra dan Tride, Jakarta, Ok­tober 2004, hal. xxv).

Dari keterangan yang dia da­pat, menurut Heru, Dake berasal da­ri anak tuan pemilik per­ke­bun­an di Jawa Timur. Dia men­duga, Da­ke ma­­sih sakit hati atas tin­da­kan pe­me­­rintah RI menasiona­li­sasikan per­­kebunan milik orang tua­nya itu. Maka tidak aneh kalau se­karang Dake berupaya mencari ke­untung­an materi dan titel ke­sar­janaannya dengan menulis se­suatu yang di­ang­gap hanya ber­i­si kebohongan itu.

Sebagai latar, Heru menyebut ada­nya dua orang korban peme­rik­saan Kopkamtib di era Soe­har­to. Pertama, Komodor Susanto, yang menyerah kepada pe­me­riksa dengan menandatangani apa sa­ja yang dimaui interogator ke­tika itu. Akibatnya skenario Ka­but Halim dilengkapi dengan ke­sak­sian kesaksian terutama anak buahnya orang seperti Sujono, se­perti Anis Suyatno. “Melihat baju hi­jau saja waktu itu orang sudah ke­takutan. Susanto lalu sakit jan­tung dan meninggal,” kenang He­ru.

Kedua, Bambang Widjanarko. Ia, menurut Heru, tidak ditahan. Tapi Bambang sendiri, masih me­nurut Heru sebenarnya tahu, pe­­ngakuannya itu bohong. Aki­bat­­nya, ia tidak berani bertemu te­man-temannya. Sayangnya, ha­sil in­te­ro­gasi terhadapnya oleh re­zim Soe­harto itu yang dianggap ber­­isi ke­bohongan itu lalu di­gu­na­kan Dake memfitnah Bung Karno. RM

Bersam­bung Dari Dua Tulisan/ASA

------

http://www.rakyatmerdeka.co.id/edisicetak/?pilih=lihat&id=9113

Dari Belanda, Isinya Omong Kosong
Rakyat Merdeka, 22 Januari 2006

Penulis Soekarno Files, Antonie CA Dake, Dihajar Lagi (2)

PENERIMA anugerah pejuang ke­bebasan dari Belanda, Wer­theim Award (WA) asal In­do­ne­sia, Joesoef Isak, juga turut meng­kri­tik tajam tulisan Dake. Di sela-se­la upacara penerimaan WA ber­sa­­ma Gunawan Mohammad per­te­­ngahan Desember lalu di KBRI Den Haag (Belanda), seorang ha­dirin mengajukan pertanyaan ke­pada Joesoef, bagaimana penda­pat­­­­nya mengenai buku Dake ter­sebut.

Jawaban Joesoef, pedas. “Dat is klinkklare onzin (Isinya omong ko­song! –red),” cetusnya. Ke­pa­da Rakyat Merdeka, dia memang mengaku tidak membaca dengan teliti buku itu dari A sampai Z. Ta­­pi Joesoef mengaku, Dake per­nah datang ke rumahnya ber­sama Pattiradjawane, bekas war­tawan Kantor Berita Antara (yang per­nah menjadi wartawan Radio Ne­der­land Seksi Indonesia di Negeri Be­landa). Saat itu menurutnya, dia tidak tahu persis siapakah An­to­nie, dan apa yang mau ditu­lis­nya.

“Dake datang ke rumah saya ka­­rena dia ingin bertemu Rewang (sa­­lah seorang tokoh komunis ta­hun 60-an –red) di Solo. Saya se­leng­garakan pertemuan itu. Per­te­muan tersebut berlangsung be­be­rapa tahun yang lalu. Saya ti­dak ingat kapan tepatnya per­te­muan Dake dan Rewang itu,” ke­nang Joesoef.

Joesoef mengaku cuma tahu Pattiradjawane kemudian mence­ri­terakan, Dake ini sangat puas ber­temu dengan Rewang terse­but. Dikatakannya, setelah bicara de­ngan Rewang, Dake merasa men­dapat pembenaran. Jadi Dake me­rasa tesisnya itu benar.

Pertanyaannya, “Ngomong apa Re­wang kepada Dake? Apanya yang benar? Sebab, saya bisa me­nafsirkan apa yang disam­pai­kan Rewang kepada Dake dalam pem­bicaraan mereka itu ke segala ju­ru­san. Terutama, memang saya tahu, Rewang ikut-ikut menya­lah­kan Bung Karno. Sebab saya cu­­kup mempunyai pengalaman ber­tahun-tahun bersama di pen­jara sama orang-orang PKI. Di an­tara orang-orang PKI itu ba­nyak kelompok. Ada yang tetap mem­bela Bung Karno, ada yang ikut memaki Bung Karno. Saya ti­dak tahu persis, Rewang itu ngo­mong apa dengan Dake,” je­lasnya.

Tampaknya, lanjut Joesoef, ke­ti­ka mereka bertemu dan ber­bin­cang tentang peristiwa G30S, Da­ke merasa ada pembenaran dari Re­wang. Sehubungan dengan ini me­nurut Joesoef, dia hanya bi­lang kepada Pattiradjawane, dia aprio­ri dengan kesimpulan Dake ten­tang dalang G30S.

“Belum saya baca semuanya pun, saya berani katakan apa-apa yang ditulis si Dake ini omong ko­song. Sebab, saya anggap dia ti­dak kenal Bung Karno. Dake ini ber­tolak untuk menjatuhkan Bung Karno,” lanjutnya.

Meski dia mengakui tidak me­la­kukan studi khusus mengenai Da­ke, tapi belakangan, Joesoef ta­hu, Dake ini memang di-supply oleh Nugroho Notosusanto, seo­rang tokoh Orde Baru. Dan satu-satunya sumber yang digunakan untuk tesis itu menurutnya adalah Bambang Widjanarko, bekas aju­dan Bung Karno yang diang­gap berkhianat. RM

Habis/ASA

0 Comments:

Post a Comment

<< Home