Thursday, December 29, 2005

Asvi Warman Adam: Antonie Bisa Diadili

http://www.rakyatmerdeka.co.id/edisicetak/?pilih=lihat&id=7661

Asvi Warman Adam: Antonie Bisa Diadili
Rakyat Merdeka, Jumat, 30 Desember 2005

Membantah Imajinasi Antonie CA Dake Tentang Dalang G30S (7)

Catatan Burhan Azis dan A Supardi Adiwidjaya Di Belanda

Pembunuhan-pembunuhan massal terhadap orang-orang tidak bersalah dan tidak ada sangkut pautnya serta tidak tahu-menahu tentang seluk beluk G30S di berbagai daerah di seluruh Indonesia justru terjadi setelah kekuasaan ril berada di tangan Mayor Jenderal Soeharto.

DOKUMEN-dokumen CIA meng­­ungkapkan, lebih kurang 5.000 nama untuk dibunuh telah disam­paikan kepada pimpinan Angkatan Darat, dan pemerintah Amerika Se­rikat juga telah mem­berikan bantuan secara ra­hasia se­jumlah peralatan te­le­­ko­mu­ni­kasi dan senjata ringan da­l­am usa­ha Angkatan Darat me­mo­­bi­lisasi organisasi-organisasi mas­sa Islam untuk melakukan pem­bu­­nuhan-pem­bu­nuhan ter­ha­dap orang komunis dan non-ko­mu­nis di Indonesia ketika itu. Di sam­ping itu, Mayor Jenderal Soe­harto juga memerintahkan untuk m­e­n­angkap dan memenjarakan pa­­ra menteri kabinet Dwikora, anggota-ang­gota MPRS/DPRGR dan pe­ja­bat-pejabat negara lain­nya yang sah.

Sebaliknya, disamping tidak mem­­benarkan dan mengutuk pem­­bunuhan yang dilakukan “Ge­­rakan 30 September”, Pre­si­den Soekarno juga menentang ke­ras berbagai pembunuhan yang di­­lakukan atau disponsori Ang­­katan Darat terhadap orang ko­munis dan non-komunis se­te­lah terjadinya peristiwa G30S. Di­serukan oleh Presiden Soekarno agar menciptakan suasana tenang dan jangan ditingkat-tingkatkan pe­rasaan dendam satu pihak pada pi­hak yang lain karena perbuatan ter­sebut hanya akan meng­han­cur­kan Indonesia sendiri. Presiden se­lalu berusaha mencari penye­le­sai­an politik yang adil sehingga da­pat menyelamatkan revolusi In­donesia. (lihat “Menyingkap Ka­but HALIM 1965”, Pustaka Si­nar Harapan, Jakarta, 1999, h 289-290).

Setelah memasuki era refor­ma­si, di beberapa tempat terjadi ke­da­maian kembali dengan penga­ku­an-pengakuan dari organisasi mas­sa yang digerakkan TNI AD me­lakukan pembunuhan ter­ha­dap komunis dan non-komunis se­telah terjadinya G30S. Pim­pin­an organisasi massa tersebut me­min­ta maaf atas perbuatan me­re­ka itu dan menyatakan, mereka ter­tipu oleh Soeharto ketika itu. Bah­kan Presiden RI yang ke-3, KH Abdurrahman Wahid ikut menyam­paikan penyesalan atas ter­jadinya pembunuhan yang di­la­kukan anggota-anggota pemu­da Ansor terhadap orang komunis Ind­onesia setelah G30S terjadi. Karena itu, tindakan-tindakan (tan­pa proses pengadilan apapun) pe­nangkapan, pemenjaraan dan pem­buangan ke pulau Buru serta pem­bunuhan-pembunuhan ter­hadap orang-orang yang tidak ber­salah dan tidak ada sangkut paut­nya serta tidak tahu-menahu se­luk-beluk G30S - sepenuhnya men­jadi tanggungjawab Jenderal Soeharto dengan sekutu-se­ku­tu­nya. Mengapa Dake menutupi ke­nya­taan ini dan menyatakan, Soe­karno secara langsung harus me­mi­kul tanggungjawab pem­bu­nuh­­an enam jenderal dan secara ti­­dak langsung juga untuk pem­ban­­taian antara komunis dan bu­kan komunis yang berlangsung ke­­mudian (setelah terjadinya pe­ris­tiwa G30S)?

Dalam konteks ini jadi jelas, de­ngan tulisannya Dake ber­mak­sud memfitnah Bung Karno. Dia juga berusaha menutupi peran­an keji blok dunia barat, terutama Ame­rika Serikat dengan CIA-nya da­lam mencampuri secara kasar dan biadab masalah dalam negeri Re­publik Indonesia. Selain itu, Dia berusaha menutupi peranan Soeharto sebagai penyambung ta­ngan blok barat di Indonesia da­lam menggulingkan pemerintah RI yang sah ketika itu.

Sebagai bangsa, kita tentu me­nentang fitnah keji itu, dan pe­me­rintah RI yang manapun ber­ke­wa­ji­ban membela kehormatan sa­lah seo­rang Founding Father’s Re­pu­blik Indonesia itu. Sewajar­nya pe­­­­me­rintah RI memberi reak­si ke­ras ter­hadap fitnah keji Dake. Se­pe­r­ti di­tulis peneliti LIPI, Asvi War­­man Adam, fitnah keji ter­ha­dap Bung Kar­no tersebut dapat di­jad­i­kan m­a­teri untuk menga­ju­kan An­to­nie CA Dake ke penga­dil­an. RM

Habis

0 Comments:

Post a Comment

<< Home