Wednesday, December 28, 2005

Mayjen Soeharto Pelaku Pembunuhan

http://www.rakyatmerdeka.co.id/edisicetak/?pilih=lihat&id=7597

Mayjen Soeharto Pelaku Pembunuhan
Rakyat Merdeka, Kamis, 29 Desember 2005 Feb:16:31 : WIB

Membantah Imajinasi Antonie CA Dake Tentang Dalang G30S (6)

Catatan Burhan Azis dan A Supardi Adiwidjaya Di Belanda

Bahkan ketika Soeharto berusaha melakukan kup (coup) merangkak dengan menentang dan memaksakan keinginannya kepada Bung Karno dan pemerintah RI yang sah pun, Bung Karno tetap tidak bersedia mengerahkan pendukungnya menentang Soeharto demi pertimbangan menjaga persatuan bangsa. Bung Karno dalam gerak dan tindakannya (pada masa epilog G30S) selalu berusaha menghindari pertumpahan darah yang lebih besar dan ingin mencegah kemungkinan tindakan semena-mena dari mana pun.

KARENA itu, adalah fitnah keji me­lemparkan tanggung jawab pem­­bunuhan enam jenderal TNI AD yang terjadi pada tanggl 30 Sep­­tember 1965 malam itu ke­pa­da Bung Karno yang bahkan sa­ma­ se­kali tidak mengetahui ke­ja­dian tersebut.

Lebih-lebih lagi tidak masuk akal tuduhan Dake yang menga­ta­kan, secara tidak langsung Bung Karno bertanggung jawab juga untuk pembantaian antara ko­mu­nis dan bukan komunis yang ber­langsung kemudian. Apa­kah Dake pu­ra-pura tidak ta­hu, sejak 1 Oktober 1965, Jen­­­de­­ral Soeharto meng­am­bil-alih pimp­inan Ang­katan Darat dan se­cara perlahan pim­pinan Angkatan Ber­senjata RI un­tuk merangkak naik menjadi pre­siden RI?

Setelah mengetahui Panglima TNI Jenderal A Yani terbunuh, Bung Karno selaku Presiden/Panglima Tertinggi ABRI/Pe­mim­pin Besar Revolusi, pada tang­gal 1 Oktober 1965 menge­luar­­kan peng­umuman yang isi­nya antara lain, “Bahwa kami be­ra­da dalam kea­da­an sehat wal'afiat dan tetap me­me­gang pim­pinan negara dan revolusi. Bah­wa Pimpinan Ang­katan Darat sementara berada lang­sung dalam ta­ngan Presiden/Pangti Angkatan Ber­senjata. Bahwa untuk me­lak­sanakan tugas sehari-hari da­lam Angkatan Darat ditunjuk se­men­tara Mayor Jenderal TNI Pra­no­to Rek­sosamodra, Asisten III Men­teri/Pangad. Kepada seluruh Ang­katan Bersenjata Republik Indo­nesia, saya perintahkan untuk mem­pertinggi kesiapsiagaan kem­ba­li dan tinggal di pos masing-ma­sing dan hanya ber­gerak atas pe­rintah.” (Gerakan 30 September, Pem­­berontakan Partai Komunis In­­donesia, Latar Belakang, Aksi dan Penumpas­­an­nya, Sekretariat Negara RI, 1994; lam­piran 9)

Seperti diketahui, Mayor Jen­deral Soeharto tidak mematuhi pe­rin­tah Presiden/Pangti ABRI ter­sebut dengan cara melarang Jen­deral Pra­noto Reksosamodra dan Jen­deral Umar memenuhi pang­gi­l­an Pre­si­den/Panglima ABRI di Ha­­l­im pada ta­nggal 1 Oktober 1965. Me­nurut pe­ngakuan Jen­de­ral Nasution: “Jus­tru Presiden (Soekar­no – penulis) de­ngan Order 1 Oktober 65 tidak mem­benarkan tin­dakan Jenderal Soe­harto, seba­gai Pd Pimpinan AD me­­nurut vas­te Order AD, akan te­tapi se­ba­lik­nya: mengangkat Pre­si­den se­bagai pim­pinan AD se­men­ta­ra dan May­jen Pranoto sebagai ca­­re­taker …”(Li­hat Dokumen Be­kas Menko Jen­de­ral Dr A.H.Na­su­tion ber­hu­bung de­ngan “PEL-NAWAK­SA­RA”, h 9-10). Dengan de­mikian Ma­yor Jenderal Soehar­to me­n­yero­bot pim­pinan TNI Ang­ka­tan Darat dan se­jak itu pula ia me­la­kukan pe­nang­kapan, pemen­jaraan dan pem­bu­nuhan terhadap orang ko­­­mu­nis dan non-komunis Indone­sia.

Dari bahan-bahan tertulis yang di­­p­ub­likasi Sekneg (1994), kita li­hat, se­menjak 30 September 1965, Soehar­to telah mengambil alih ke­pe­mim­pinan TNI Angka­tan Darat. Dan te­n­­­tu, dialah yang ha­­­rus me­mi­kul tang­­gung jawab ter­­hadap pe­nang­kapan, pemen­ja­ra­an dan pem­bu­nuh­an setelah ter­ja­­dinya peristiwa Ge­rak­an 30 Sep­­­tem­ber 1965 itu. RM

Bersambung

0 Comments:

Post a Comment

<< Home