Thursday, November 22, 2007

Kanselir Merkel Susui Si Kembar Kaczynski

http://www.rakyatmerdeka.co.id/edisicetak/?pilih=lihat&id=43607
Rakyat Merdeka, Senin, 13 Agustus 2007, 01:52:18

Kanselir Merkel Susui Si Kembar Kaczynski

Catatan Perjalanan Rakyat Merdeka Dari Polandia (3/Habis)

DALAM proses dekomunisasi yang sarat dengan muatan politis bahkan strategis di Polandia, hubungan bertetangga baik antara negeri berbendera putih-merah ini dan Rusia, terguncang-guncang. Setelah runtuhnya komunisme sejak tahun 1989, pemerintah Polandia telah mulai berupaya mengikis segala hal yang berkaitan dan berbau dengan komunisme.

Komunisme juga berkaitan dengan masa lalu, sejarah negara-negara di kawasan Eropa Tengah dan Timur, dalam kaitan dengan Uni Soviet yang mengalami disintegrasi dan kemudian secara hukum internasional menetapkan Rusia sebagai pewaris. Tetapi tidak mudah mengurai keterpisahan secara ideologis, dengan muatan-muatan politis terkait yang juga sarat dengan penafsiran.

Kebijakan yang kurang respek dan ketidakacuhan terhadap kepentingan Rusia, telah menimbulkan sikap antipati pemimpin Rusia terhadap Polandia, padahal mereka bertetangga. Dari mulai masalah daging, pertahanan missil, energi dan hubungan terhadap AS, tidak bisa dilihat sekadar dari kacamata bilateral. Dimensinya bergema, bahkan di tingkat regional dan internasional. Jika Rusia beruntun menyampaikan proposal, sebagai tawar-ganti rugi terhadap kecemasan AS untuk penggelaran rudal anti-Iran dan Korea Utara, meskipun lebih banyak ditujukan menyangkut kepentingan strategis, juga berdimensi bilateral.

Jika Rusia memutuskan mundur dari CFE -Treaty on Conventional Armed Forces in Europe, Polandia juga merasa gerah. Rusia juga berencana menggelar sistem rudalnya di wilayah enclave Kaliningrad di wilayah Baltik yang terletak di utara Polandia, juga tidak menolong.

Sehubungan dengan ini, perlu kiranya digaris bawahi keseriusan ancaman Rusia. Pengumuman Presiden Rusia Vladimir Putin pada 15 Juli 2007 tentang penarikan mundur Rusia dari CFE, menimbulkan kekhawatiran negara-negara Eropa Barat bahwa situasi kembali pada pra 1990 di zaman Perang Dingin untuk pacuan senjata bersenjata. Perjanjian CFE yang mulai berlaku tahun 1992, berjasa menjadi tonggak penting untuk pembentukan Confidence Building Measures (CBM) antara timur dan barat.

Sentimen Anti-Jerman

Bukan hanya dengan Rusia, hubungan Polandia dengan Jerman pun ternyata tidak lebih baik. Beberapa kalangan menilai, bahwa hubungan Polandia-Jerman dewasa ini adalah yang terburuk sejak runtuhnya rezim komunis di Polandia. Di samping sikap posturing Polandia pada KTT UE yang terakhir pada presidensi Jerman, ada beberapa isu krusial (murni bilateral) yang mengganggu.

Pertama, tuntutan kompensasi sekelompok warga Jerman yang terusir dari wilayah Jerman yang kini menjadi wilayah Polandia. Juga, keinginan mereka membuka sebuah museum di Berlin untuk mengenang penderitaan warga Jerman yang terusir dari bekas wilayah Jerman pada akhir Perang Dunia II, memperuncing sentimen-sentimen negatif satu dengan lainnya.

Kedua, deal Jerman-Rusia untuk membangun proyek pipa dan gas tanpa melewati wilayah Polandia (by pass) ditafsirkan sebagai fakta yang memperkuat dugaan pengucilan Polandia, sebagaimana dihubung-hubungkan dengan peristiwa sebelum Perang Dunia (PD) II. Polandia merasa bahwa proyek jaringan pipa Jerman-Rusia tersebut menempatkannya pada posisi yang rentan terhadap “pemerasan politik” yang dilakukan Rusia. Polandia merasa tidak memiliki upper hand dan yakin bahwa Rusia juga tidak akan segan-segan menggunakan politik energi menekan negara-negara Eropa, termasuk terhadap Polandia.

Ketiga, yakni masalah rencana penggelaran sistem pertahanan rudal AS di wilayah Polandia juga mendapat perhatian besar dari pemerintah Jerman. Jerman sebagai salah satu pemimpin Eropa terbesar, ingin menempatkan penggelaran sistem rudal dalam konteks kepentingan Eropa. Oleh karena itu, Jerman mengusulkan agar masalah ini dibahas semua negara anggota NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara), termasuk Polandia. Polandia khawatir, move-move (gerakan) seperti ini merupakan akal-akalan Jerman untuk “melakukan kontrol” atau bisa ikut terlibat dalam proses pengambilan keputusan.

Pada tanggal 6 Juli 2007, Radio Nederland mengekspos berita yang menarik, yang dilangsir berdasarkan laporan koresponden Thijs PapÙt dari Warsawa. Penjualan majalah mingguan Polandia, Wprost, pekan lalu, menurut Thijs PapÙt, meningkat tajam. Itu semua berkat bantuan program komputer Photoshop.

Liputan pekan lalu menampilkan gambar Kanselir Jerman Angela Merkel dengan dada telanjang, sedang menyusui si kembar Kaczynski, Presiden Lech Kaczynski dan Perdana Menteri (PM) Jaroslaw Kaczynski. Sampul majalah yang banyak dibicarakan itu terpampang di billboard pada sebuah halte tramp. “Ibu tiri Eropa”, demikian tertera tulisan di bawah gambar tersebut.

“Tapi bukan itu isi artikel bergambar Merkel yang tengah menyusui itu. Politisi dan media Jerman menurut majalah Wprost, sedang menjalankan perang benci terhadap Polandia,” tulis Thijs PapÙt.

Yang terjadi justru sebaliknya, lanjut Thijs PapÙt. Sejak awal, Jerman tidak pernah berbuat sesuatu yang baik terhadap Polandia. Tuduhan Warsawa selalu keras dan pahit. Minggu lalu, PM Kaczynski mengumbar perasaan antipati terhadap Jerman dengan membandingkan situasi Jerman sekarang dengan tahun 1930-an sewaktu Hitler berkuasa dan tidak seorang pun berani berkata sesuatu ketika itu.

Menurut Thijs PapÙt, PM Kaczynski berani bicara blak-blakan menjelang KTT Eropa yang digelar 23 Juni 2007 di Brussels, Belgia, di mana Polandia dan Jerman bersitegang soal perimbangan suara dalam kerangka Uni Eropa. Bahkan, PM Kaczynski mengeluarkan pernyataan bahwa sekiranya puluhan juta rakyat Polandia tidak mati pada PD II, maka jumlah penduduk Polandia kurang lebih sama dengan Jerman.

Pengamat politik dari Polandia Jacek Kucharczyk menyatakan, iItulah tradisi keluarga mereka. Tradisi itu mementingkan pertempuran melawan Jerman yang berlangsung di Warsawa. Ayah mereka adalah pahlawan perang.

“Kebanyakan warga Polandia tahu bahwa negara-negara Eropa Barat nyaris tidak menyadari penderitaan Polandia di masa Perang Dunia II. Sikap Polandia itu tercermin dalam permintaannya (yang dikabulkan pekan lalu) untuk memasukkan Auschwitz dalam daftar Warisan Budaya Dunia UNESCO sebagai kamp konsentrasi dan pemusnahan Nazi Jerman Auschwitz-Birkenau 1940-1945. Agar tidak ada kesalahpahaman tentang siapa pelaku holocaust yang sebagian besar berlangsung di wilayah Polandia,” tulis Thijs PapÙt (Radio Nederland, 6/7).

Polandia juga tidak menerima jika Auschwitz disebut sebagai “The Polish Concentration Camp” karena penyelenggaranya Jerman yang “cerdas” menempatkan kamp tersebut di wilayah Polandia.

Kutipan panjang lebar mengenai isi berita yang dilangsir Radio Nederland di atas, memberikan gambaran hubungan bilateral kontemporer antara Polandia dan Jerman yang kurang serasi dan masih menyimpan luka lama. Meskipun begitu, beberapa pengamat menilai, terdapat perbaikan dalam hubungan bilateral Polandia-Jerman. Hal ini berkat kunjungan Kanselir Jerman Angela Merkel ke Polandia pada 16 Maret 2007 lalu. Kunjungan Kanselir Merkel oti, kata pengamat, berhasil melunakkan sikap Polandia yang selama ini dipandang kurang mencerminkan sikap dan pandangan UE serta nasionalistik dan “provincial”.

Di dalam negeri, si kembar Kaczynski mendapat kritikan tajam karena dituduh berpandangan sempit dan kurang terampil berperan sebagai negarawan, sebagaimana bekas Presiden Aleksander Kwasniewski. Bekas presiden Kwasniewski, melakukan diplomasi regional yang mampu membuat insentif bagi mereka untuk bersikap kompromis dalam berbagai isu UE, maupun bilateral yang mengganjal hubungan Polandia-Jerman selama ini.

Kwasniewski yang berasal dari Partai Sosialis, dipandang rakyat berjasa mengantarkan Polandia masuk NATO dan Uni Eropa. Belakangan ini, karena kekecewaan terhadap peran regional Polandia di Eropa, Kwasniewski menggagas sebuah partai baru yang akan menyatukan seluruh kelompok oposisi.

Opini masyarakat di dalam negeri berpandangan, si kembar Presiden dan PM Kaczynski, tidak memiliki kebijakan luar negeri, kecuali dalam konteks hubungan dengan AS. Si kembar juga kurang mempertimbangkan perasaan dan kepentingan negara-negara tetangga serta sahabat-sahabat internasionalnya di Eropa. Memang, di dalam negeri dalam berbagai polling, rating kedua politisi bersaudara ini menurun terus. rm

0 Comments:

Post a Comment

<< Home