Friday, August 03, 2007

Mencapkan Kaki Di Eropa

http://www.rakyatmerdeka.co.id/edisicetak/?pilih=lihat&id=42638
Rakyat Merdeka, Minggu, 29 Juli 2007, 06:08:05

Mencapkan Kaki Di Eropa


Hazairin Pohan, Dubes RI Untuk Polandia


Dalam kunjungan delapan hari ke Polandia akhir Juli lalu, koreponden Rakyat Merdeka A. Supardi Adiwidjaya berkesempatan mewawancarai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Republik Polandia Hazairin Pohan. Berikut ini petikannya:


BAGAIMANA hubungan politik RI-Polandia saat ini?
Hubungan RI-Polandia ini sudah berlangsung lebih dari setengah abad. Pengakuan kemerdekaan RI diberikan oleh Polandia sejak tahun 1955.

Hubungan politik kita baik sekali dengan Polandia. Kunjungan Presiden sudah tiga kali. Kunjungan Perdana Menteri satu kali. Sudah dibicarakan bahwa Presiden SBY akan berkunjung ke Polandia, kemungkinan besar tahun 2008 yang akan datang.


Apa saja yang dilakukan dalam rangka memperkuat hubungan politik dengan Polandia dan juga dengan negera-negara Eropa Timur lainnya?
Kita membentuk partnership, agreement dengan pihak Polandia, kerjasama dalam regional dan global, masalah penanganan international crime dan sebagainya. Kita juga akan membuka beberapa perwakilan di Eropa Timur: di Kroasia, Bosnia, Belarus. Dan di Rusia kita akan membuka konsulat di St. Petersburg dan Vladivostok.

Di Polandia kita merencanakan membuka konsulat kita di Wroclaw dan Poznan. Sehubungan dengan ini, mungkin tahap pertama, yang sedang saya lakukan sekarang adalah membentuk konsul kehormatan di sana nanti. Yang sekarang sedang saya jajaki dan pelajari dengan baik adalah mencari calon-calon yang akan dijadikan konsul kehormatan kita di Wroclaw dan Poznand itu; memperkuat kerjasama pertahanan, kepolisian, kerjasama penanganan terorisme; kerjasama dalam bidang pendidikan - tukar menukar student (mahasiswa); pembentukan perjanjian visa bebas bagi pemegang paspor diplomatik dan paspor dinas untuk Rusia, Ukraina, Romania, Polandia, Serbia.


Bagaimana hubungan bilateral Indonesia-Polandia di bidang-bidang ekonomi, perdagangan, sosial budaya?
Dari perspektif kita, kita belum semuanya mengembangkan perdagangan, investasi, turisme, iptek dan know-how dalam bidang industri, pertanian. Polandia itu merupakan negara nomor dua mitra perdagangan Indonesia di seluruh Eropa Timur.

Ekspor Indonesia ke Polandia berjumlah 350 juta US dolar per tahun. Polandia adalah mitra dagang Indonesia terpenting kedua sesudah Rusia di Eropa Timur dan Tengah ini.

Dalam konteks keseluruhan, pembangunan satu kebijakan Indonesia di Eropa Timur ini Indonesia menandatangani 200 lebih perjanjian-perjanjian baru. Khususnya dengan Polandia, Indonesia telah membuat kesepakatan baru. Jadi landasan hukum kerjasama dua negara ini sangat kuat sekali.

Nah ini approach baru kita. Dimana kita melihat Polandia dalam satu landscape yang baru sekarang ini, juga Rusia dan negara-negara Eropa Timur dan Tengah lainnya.

Negara-negara Eropa Timur dan Tengah ini mempunyai potensi besar proyek-proyek di Indonesia dalam bidang pertambangan, energi dan infrastruktur pembuatan jalan, pelabuhan dan dalam bidang pertahanan.


Apa tantangan-tantangannya?

Kita harus menjaga hubungan baik Indonesia-Polandia. Indonesia itu harus menjadi radar kepentingan bagi kepentingan Polandia, dan sebaliknya Polandia menjadi radar kepentingan Indonesia di Eropa. Dari segi ekonomi hubungan Indonesia masih rendah, tapi terus berkembang 30% per tahun. Jika kita lihat keseluruhan angka perdagangan kita dengan Eropa Timur sekarang telah mencapai 3,2 milyar dolar.

Kita melihat joint commission kita bersama dengan Polandia itu akan kita laksanakan tahun 2008 yang akan datang. Ada masalah-masalah prosedural, formalitas yang sedang kita kerjakan, agreement dan sebagainya sedang kita persiapkan. Diharapkan sidang komisi bersama ke-5 yang setelah mereka masuk Uni Eropa jadi berubah semuanya, termasuk tata aturan ekonominya. Sehingga perlu kita buat lagi perjanjian bilateral yang baru. Kita susun kerjasama kita dalam investment, banking, ekspor, promosi, UKM, pembentukan ITPC yang dilakukan di Budapest.

Kita lihat, satu hari di Polandia adalah tempat yang paling tepat untuk tempat Indonesia Promotion Centre. Karena Polandia ini dilihat infrastruktur ekonominya paling baik di seluruh Eropa Tengah dan Timur. Kalau seperti Hungaria, misalnya, tidak punya pelabuhan laut.

Berbicara tentang kredit, tentang adanya soft loan, Polandia itu punya uang sekarang ini, yang kita bisa manfaatkan untuk pembangunan kita dengan biaya murah. Kenapa? Karena dia soft loan. Kemudian langkah-langkah kita mengenai trade promotion, kita akan membuka Indonesia Expo yang akan kita lakukan di Warsawa pada tahun 2008 untuk seluruh Eropa Timur.

Dari segi ekonomi itu hubungan ekonomi itu kita bagi-bagi. Ada hubungan perdagangan, hubungan keuangan, ada investasi, ada UKM, ada beberapa joint production kita di bidang industri yang telah kita garap di Polandia ini, misalnya di Sumatra Selatan, Kalimantan Selatan dan berbagai proyek lainnya.

Kemudian, misi kita adalah bagaimana mentransformasikan, mengubah yang tadinya dianggap bahwa pasar-pasar di negara-negara Eropa Tengah dan Timur itu sebagai “pasar alternatif”, sebagai substitusi yang dianggap tidak begitu penting, karena kita punya “pasar-pasar tradisional”. Negara-negara seperti Belanda, Jerman, Perancis itu dianggap sebagai “pasar tradisional” kita. Termasuk negara-negara Timur Tengah, di mana kita sudah secara teratur memiliki satu pasar di sana. Barang-barang kita itu laku dipasarkan di sana.

Tetapi kita ingin mengubah atau menjadikan pasar-pasar di negara-negara Eropa Timur dan Tengah itu, dalam konteks ini terutama Polandia juga sebagai “pasar-pasar tradisional”, seperti halnya negara-negara Eropa Barat.

Kalau kita lihat, misalnya volume perdagangan Indonesia-Polandia itu berjumlah 425 juta US Dolar itu per tahun - itu lebih besar dari negara-negara seperti katakanlah Belgia, misalnya, atau Denmark, Finlandia.

Dari bidang seni budaya, pendidikan, kita telah menandatangani agreement sewaktu Ibu Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden RI pada tahun 2003 berkunjung ke Polandia. Jadi kita akan tingkatkan potensi kerjasama pendidikan kita ini, di mana orang-orang Indonesia itu akan mendapat kesempatan belajar dengan biaya murah pada institusi pendidikan yang terbaik yang ada di Polandia ini. Kemudian, kita lagi merancang meningkatkan hubungan iptek kita dengan Polandia.

Apa saja kendalanya bagi masuknya produk-produk Indonesia ke pasaran Eropa Timur?
Dalam bidang perdagangan, kendala utama masuknya produk-produk unggulan kita ke Eropa Timur adalah produk-produk unggulan tersebut masih sedikit dikenal. Untuk itu jawabannya, kita harus menggiatkan promosi. Masalah jarak, bukan kendala. Buktinya setiap tahun barang-barang kita masuk ke Polandia seharga 350 juta Dolar.

Bahwa jarak yang lebih dekat, barangkali pengiriman bisa lebih cepat, lebih murah, sehingga barang-barang kita lebih kompetitif betul. Saya mengharapkan nanti, ketika proyek Uni Eropa pembangunan pelabuhan di Gedanks berjalan lancar. Sehingga beban yang ada di Ambon, di Rotterdam akan dipindahkan sebagian ke Gedanks, pelabuhan di bagian utara Polandia di Laut Baltik. Sehingga kapal-kapal konteiner bisa masuk di pelabuhan Gedanks.

Dengan demikian ekspor kita itu dikirim tidak lagi melalui Eropa Barat. Saya kira dua permasalahan itu yang merupakan kendala masuknya produk kita. Dan dari dua kendala ini yang sangat penting adalah melakukan promosi.


Soal investasi, apa saja hambatan masuknya investasi dari negara-negara Eropa Timur, khususnya Polandia, ke Indonesia?
Dalam bidang investasi, hambatan pertama karena orang-orang di Indonesia belum yakin, mereka sudah siap menjadi investor. Saya melihatnya, alau orang mau investasi, yang pertama dia punya teknologi nggak? Tidak ada yang meragukan, Polandia punya teknologi. Punya know how nggak? Tidak ada yang meragukan Polandia dalam hal ini, karena negeri ini merupakan negara industri sudah lebih 200-300 tahun ––know how mereka punya. Lalu mereka punya produk-produk unggulan nggak? Jelas mereka punya. Punya unggulan service nggak? Jelas mereka punya pengalaman membangun jalan, membangun kereta api, membangun segala macam mereka bisa. Pertanyaan ketiga, mereka punya uang tidak? Mereka punya. Terus apakah manajemen mereka itu masih gaya komunis nggak? Nah, waktu kita berunding-berunding dengan mereka - pihak investor di sini, yang mendampingi mereka itu adalah White & Case – perusahaan lawyers (pengacara) terkenal di dunia.

Bukan hanya itu. Orang-orang Eropa Timur, orang-orang dari Polandia ini, harga yang mereka tawarkan itu lebih murah dari harga internasional. 30% lebih rendah dari pada harga yang ditawarkan Perancis Jerman, dengan kwalitet yang sama. Pekerjaan yang dilakukan Polandia itu kualitasnya tidak bisa dikatakan bahwa Perancis atau Belanda itu lebih tinggi.

Kualitasnya sama. Dengan kualitas yang sama ini, Polandia menawarkan industri tekniknya lebih murah. Bukan hanya itu, Polandia juga menjanjikan alih teknologi.


Tadi Anda menyebut soal Indonesia Expo. Bisa dijelaskan?
Indonesia Expo 2008 ini kegiatan yang besar sekali, yang merupakan misi utama dari saya sebagai Duta Besar di Polandia ini. Karena saya melihat promosi ekonomi selama itu dilakukan secara parsial, tidak secara strategis, tidak komprehensif. Tadi saya sebutkan, di sini itu berdasarkan hasil riset kita, yang dilakukan oleh perusahaan profesional yang kita bayar mahal, itu melihat beberapa barang/artikel ekspor kita itu umumnya punya kesempatan besar untuk masuk di Polandia. Untuk itu caranya harus mempromosikan barang-barang Indonesia tersebut.

Promosinya seperti apa? Nah promosinya kita design, di mana dalam Expo ini akan hadir seluruh produk-produk unggulan kita yang terbaik dari Indonesia.

Kemudian produsen-produsennya itu tingkat pemutus yang datang ke sini. Mereka akan kita ketemukan dengan sekitar 700-800 pengusaha-pengusaha kawasan seluruh Eropa Timur pada tingkat distributor bukan pedagang eceran (retail). Intinya kita mendekatkan produk-produk unggulan itu ke pasaran ril, kepada pengusaha-pengusaha pada tingkat distributor, pada tingkat pemutus.

Penyelenggaraan Indonesia Expo 2008 – pameran yang sangat besar sekali, sekitar 8000 m inilah yang sedang kita persiapkan dalam rangka menggalakkan ekspor komoditi kita.–

Kemudian memfasilitasi welfare investment project. Jadi ada beberapa proyek investasi yang kita kerjakan dengan Polandia di Sumatra Selatan, di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.

Apakah juga dijalin kerjasama militer/pertahanan bilateral Indonesia-Polandia?
Polandia ini adalah negara di mana Indonesia memiliki hubungan kerjasama militer, pertahanan yang kedua terpenting setelah Rusia, walaupun di KBRI Warsawa tidak ada Atase Pertahanan. Tetapi hubungan kerjasama pertahanan dan militer antara Indonesia dan Polandia itu adalah kedua terbesar, yang jalan dan terus aktif, setelah Rusia.

Sangat penting revalitasi industri pertahanan kita dengan negara-negara Eropa Timur, misalnya dengan Polandia itu potensinya besar sekali. Mereka memiliki teknologi sendiri, yang tidak tergantung pada negara-negara Barat soal teknologi militer.

Kredit ekspor soft loans yang dengan suku bunga yang murah di bawah 2% , jangka waktu pinjaman 20 tahun, ada hibahnya 35 % dan sebagainya itu – ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh OECD mengenai proyek-proyek soft loans.

Untuk Polandia ini kita telah selesaikan proyek seharga 405 juta Dolar (expo-credit) untuk biaya pembelian kapal, helikopter, radar, pesawat pengangkut pasukan.


Anda bekerja keras untuk pembentukan Pusat Kebudayaan Indonesia di Warsawa. Apa urgennya?
Kita perlu mencapkan kaki kita di Eropa ini melalui jalur kebudayaan. Kenapa? Jalur kebudayaan itu adalah jalur yang lebih stabil untuk pembentukan persahabatan, untuk saling pengertian antara masyarakat.

Apa perlunya pembentukan Pusat Kebudayaan (Cultural Centre) di Warsawa? Pertama, di seluruh dunia dalam sejarah diplomat Indonesia belum pernah ada yang namanya Cultural Centre. Yang ada adalah kegiatan-kegiatan atau misi kebudayaan yang dilakukan oleh KBRI.

Tetapi yang namanya Cultural Centre berbeda dengan sekedar misi-misi kebudayaan. Ini menjadi Pusat Kebudayaan baik dari segi literatur/kesusastraan, baik dari segi tari, musik, seni beladiri, bahasa, yang secara strategis kita akan lakukan melalui Pusat Kebudayaan Indonesia ini. Akan banyak workshop yang kita lakukan, misalnya, workshop untuk tari kita lakukan di Warsawa, karena di sini ada Pusatnya.

Kita akan komunikasi dengan pemerintah kita untuk mendatangkan pelatih-pelatih tari di sini untuk melakukan workshop dengan seluruh pelatih-pelatih tari di Eropa. Pusat Kebudayaan ini akan menjadi perpanjangan tangan KBRI, tetapi tidak sepenuhnya dibawah KBRI, karena mereka secara keuangan akan berdiri sendiri. Tetapi secara operasional Pusat Kebudayaan ini berada dibawah kendali dari KBRI.

Kedua, dalam rangka mendirikan Pusat Kebudayaan itu memerlukan izin, memerlukan agreement. Nah, kenapa kita buat di Polandia? Kenapa, misalnya tidak di Belanda? Saya balik bertanya: Di Belanda ada tidak yang namanya perjanjian bilateral kita mengenai kebudayaan (cultural agreement) kita. Oke, ada. Apakah sudah ada kesepakatan bilateral kita untuk pembentukan Pusat Kebudayaan kita? Mungkin sudah ada di Belanda.

Ketiga, apakah untuk pembentukan Pusat Kebudayaan ini sudah mendapat izin Menteri Luar Negeri? Saya telah mendapat izin dari Menteri Luar Negeri RI Hassan Wirajuda untuk membentuk Pusat Kebudayaan Indonesia di Warsawa ini.

Keempat, apakah orang-orang peminat kebudayaan di sana itu cukup banyak? Barangkali di Belanda cukup banyak peminta kebudayaan Indonesia. Penduduk Belanda sekarang ini sekitar 16 juta jiwa.

Nah, jumlah penduduk Polandia ini sekitar 40 juta jiwa. Jadi daerah garapannya akan jauh lebih besar dibanding Belanda. Mungkin dari segi kebudayaan, antropolgi dan sebagainya, Belanda sangat kuat sekali. Saya memilih Warsawa, Polandia, sebagai basis Pusat Kebudayaan Indonesia yang pertama di dunia dalam sejarah diplomasi Indonesia.

Sementara ini di mana-mana di mancanegara yang ada adalah kegiatan-kegiatan kebudayaan. Karena kalau kita bicara mengenai pembentukan Pusat Kebudayaan Indonesia, harus ada agreement bilateral. Polandia dan Indonesia sudah pada tahun 2003 menandatangani perjanjian bilateral dan memberikan persetujuan mengenai pembentukan Pusat Kebudayaan Indonesia di Warsawa.

Selain itu, untuk pembentukan Pusat Kebudayaan Indonesia ini perlu persetujuan atau izin Menteri Luar Negeri Indonesia. Dan seperti yang sudah saya katakan, saya telah mendapat izin dari Menteri Luar Negeri RI Hassan Wirajuda untuk membentuk Pusat Kebudayaan Indonesia di Warsawa ini. Dan saya juga telah memperoleh izin Menteri Kebudayaan Indonesia. Jadi dari Jakarta, dari pemerintah pusat saya telah mendapatkan izin atau persetujuan untuk pembentukan Pusat Kebudayaan Indonesia di Warsawa.

Ketiga, ini juga yang menjadi pertanyaan dari menteri Luar Negeri Indonesia Hassan Wirajuda: Apakah sudah siap infrasturktur kebudayaan kita di sini? Jika dilihat dari minat mahasiswa-mahasiswi Polandia menerima beasiswa Darmasiswa setiap tahun terus bertambah 30-35 setiap tahun. Anda sendiri bisa melihat di sebuah kota kecil Bielsko-Biala minat orang-orang Polandia terhadap pertunjukan seni budaya Indonesia itu luar biasa sambutannya.

Di seluruh tempat yang sudah saya kunjungi di Polandia ini minat orang-orang Polandia pada kebudayaan Indonesia itu besar sekali.

Jadi saya mengharapkan persiapan yang kita lakukan sampai tahun depan, tahun 2008, untuk pembentukan Pusat Kebudayaan Indonesia yang bertepatan dengan 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional Indonesia.

Saya ingin menggunakan moment 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional pada bulan Mei 2008 itu sebagai peresmian dari Indonesia Cultural Centre yang pertama di dunia, yang letaknya di Warsawa. rm

0 Comments:

Post a Comment

<< Home