Sunday, December 24, 2006

Melihat Indonesia Yang Tanpa Kosmetik


http://www.rakyatmerdeka.co.id/edisicetak/?pilih=lihat&id=28573

Rakyat Merdeka, Sabtu, 16 Desember 2006

Melihat Indonesia Yang Tanpa Kosmetik

Laporan Wartawan Rakyat Merdeka A Supardi Adiwidjaya, Dari Brussel, Belgia (1)


Kamis (7/12) lalu, di Brussel, Belgia, Komisi Eropa (European Commission) dan Institut Eropa untuk Penelitian Asia (European Institute for Asian Studies) menggelar seminar internasional Uni Eropa –Hari Indonesia (EU–Indonesia Day), “Pluralisme dan Demokrasi: Perspektif Indonesia”.

Sehubungan diselenggarakannya seminar tersebut, dalam jamuan makan malam bagi para pesertanya, di KBRI Brussel Duta Besar RI untuk Kerajaan Belgia Nadjib Riphat Kesuma menyatakan, seminar yang digelar atas inisiatif Uni Eropa merupakan kesempatan untuk saling tukar pendapat tentang pembangunan dan demokrasi agar mendapatkan saling pengertian yang lebih baik antara Uni Eropa dan Indonesia.

Tujuan diselenggarakannya seminar ini, menurut Nadjib, untuk mendapatkan gambaran bukan tentang keindahan yang kosmetik, tetapi gambaran yang sebenarnya tentang Indonesia. “Saya sangat yakin, seminar akan memberikan sumbangan bagi proses pembangunan dan demokrasi di Indonesia. Perhatian yang diberikan Uni Eropa kepada Indonesia mencerminkan adanya ikatan yang kuat antara kita”, lanjutnya.

Sekitar 100 peserta, di antaranya, pejabat tinggi Komisi Eropa, anggota-anggota parlemen, akademikus, wakil-wakil LSM, para pakar di bidang ilmu-ilmu sosial (dari Uni Eropa dan Indonesia serta beberapa negara Asia lainnya) diundang menjadi peserta pertemuan tersebut.

Sebagai sponsor utama seminar ini, anggota Komisi Eropa untuk Hubungan Luar Negeri dan Kebijakan Lingkungan Eropa, Dr Benita Ferrero-Waldner antara lain mengatakan, tema pokok seminar “Pluralisme dan Demokrasi” adalah salah satu topik yang sangat tepat dibahas dalam percaturan dunia internasional dewasa ini. Persoalan ini masuk ke jantung perdebatan tentang arti negara dalam abad ke-21, dan ke jantung perdebatan tentang identitas dan hubungan individu dengan negara.
Pokok-pokok persoalan ini, menurutnya, tidak membatasi bagian tertentu dunia. Kita semua berjuang menghadapi persoalan-persoalan pokok ini, seperti menghadapi tantangan-tantangan dari globalisasi, perubahan-perubahan demografis dan ekonomis; mengatur nilai-nilai yang lama dan yang baru; dan mencarikan pekerjaan dan kesempatan kepada orang-orang muda.

Benita menekankan perlunya saling pengertian antara Indonesia dan Uni Eropa.
Berkaitan Pilkada di Aceh, di mana Uni Eropa menjadi salah satu yang memprakasai dibentuknya Misi Monitor Aceh (Aceh Monitoring Mission/AMM), Benita mengatakan, Uni Eropa akan tetap memberikan dukungan atas proses demokrasi di wilayah Indonesia ini.

Komisi Eropa, lanjutnya, akan melanjutkan dukungannya bagi proses perdamaian dengan siap memberikan bantuan kepada pemerintah Indonesia, mendukung pemilihan umum, reintegrasi, dan reformasi kepolisian dan peradilan.

Dia juga menilai, Indonesia adalah negeri muslim terbesar dunia, dan bisa menjalankan peran kepemimpinan untuk melakukan dialog dan reformasi. Di sinilah tempat yang ideal untuk mempromosi akhlak yang tinggi. Uni Eropa, lanjut Benita, terus melakukan dialog dengan Indonesia dan memberikan dukungan untuk usaha-usaha reformasi oleh pemerintah Indonesia.

Perjanjian baru tentang persekutuan dan kerjasama antara Indonesia dan Uni Eropa, yang segera akan diselesaikan, akan menolong memperkuat pertalian hubungan kedua pihak tersebut; kerjasama pembangunan antara Indonesia dan Uni Eropa akan ditingkatkan pada periode 2007-2013. RM

Bersambung

0 Comments:

Post a Comment

<< Home