Saturday, December 15, 2007

Yang Menarik, Banyak Gubernur Terpilih Menjadi Presiden

Yang Menarik, Banyak Gubernur Terpilih Menjadi Presiden

Berbincang Dengan Fadel Muhammad

Dalam Rapat Pimpinan Nasional Golkar, muncul 10 nama calon presiden dari partai berlambang pohon beringin. Salah satunya Gubernur Gorontalo Fadel Muhammad. Berikut perbincangan koresponden Rakyat Merdeka, Supardi Adiwidjaya dengan Fadel di KBRI, Den Haag, Belanda pada Kamis (6/12).

ANDA ingin ikut bertarung dalam ajang pemilihan presiden 2009?
Koran Anda memberitakan 10 calon presiden dari Golkar, termasuk nama saya. Saya berterimakasih dan bersyukur. Soal ikut pemilihan presiden atau tidak, kita lihat saja perkembangannya nanti.

Kok, Anda kelihatan kurang percaya diri?
Mengabdi kepada rakyat itu, tak harus menjadi presiden atau wakil presiden. Dimana pun juga bisa mengabdi bagi bangsa ini. Jadi, saya siap saja untuk mengabdi dalam bentuk apa pun bagi rakyat.

Anda sudah punya konsep jika terpilih menjadi presiden?
Yang pertama, siapapun jadi presiden, harus berani mereformasi birokrasi. Seperti yang saya bikin di Gorontalo. Untuk perbaikan nasib birokrat, diberikan insentif kepada mereka. Kemudian pengaturan tata tertib, artinya semua prosedur pengurusan, harus kita perpendek. Kita bikin insentif bagi siapa yang punya karya terbaik. Jadi, reformasi birokrasi pemerintahan daerah ataupun tingkat nasional, merupakan suatu keharusan.

Yang kedua, mengembangkan ekonomi rakyat. Apa yang dibuat adalah pertanian, perikanan dan peternakan. Ini harus menjadi satu dalam usaha kecil dan menengah. Dan ini harus dibantu secara besar-besaran, sehingga dalam dua tahun akan terlihat pendapatan rakyat meningkat, daya beli masyarakat makin tinggi. Dengan begitu, mereka bisa menikmati pendidikan dengan baik. Kesehatan pun meningkat.

Anda menerapkan dua langkah itu di Gorontalo, bagaimana kalau di tingkat nasional?
Ya, kita sesuaikan dengan daerah masing-masing. Kita harus tahu, mana yang diutamakan untuk menjadi penghela, misalnya jagung dan ternak di Gorontalo. Nanti kita pilih lagi, misalnya apa yang bisa diandalkan di Jawa Barat, Sumatera Utara, dan seterusnya. Ke arah sana kita dorong, sehingga masing-masing daerah punya branding untuk dikembangkan.

Bagaimana pembangunan ekonomi Indonesia menurut kacamata Anda?
Saya kira, perekonomian Indonesia harus kembali kepada dasar, yakni pertanian, perikanan dan peternakan. Tiga dasar ini harus menjadi penghela ekonomi di Indonesia. Sekarang ini terkesan, politik menjadi perhatian besar. Nah, ketiga hal yang saya sebutkan itu, harus disimulasi dalam bentuk usaha-usaha kecil. Pada saatnya, usaha-usaha itu bisa menjadi penghela pembangunan ekonomi Indonesia.

Saya pikir, berkaitan dengan UUD 45 pasal 33, maka kita harus beri kesempatan seluas-luasnya kepada rakyat untuk mengembangkan ekonomi. Caranya, berikan prioritas kepada mereka. Berikan apa yang disebut limited government intervention, artinya intervensi pemerintah yang terbatas. Jadi, kita atur intervensi pemerintah agar rakyat betul-betul diberi kesempatan. Kalau Indonesia ingin ekonominya maju, kebijakan ini harus dilaksanakan.


Beralih mengenai kunjungan Anda ke Lisabon (Portugal) dan Den Haag. Tolong diceritakan.

Saya diundang UNDP (United Nation Development Program) bersama-sama forum gubernur sedunia untuk membicarakan pengelolaan pemerintahan daerah. Kami diminta menjelaskan kerja praktis yang kami laksanakan di Gorontalo. Pada Mei 2008, ada pertemuan lanjutan di Maroko.

Apa yang Anda garisbawahi dari forum gubernur sedunia itu?
Yang menarik, banyak gubernur terpilih menjadi presiden, di Amerika Latin, di mana-mana. Bagi mereka, para gubernur itu bagian-bagian kecil yang bisa ke pemerintah nasional. Makanya UNDP memberikan perhatian yang besar. Saya kebetulan ikut di dalamnya, berdiskusi dengan mereka.

Kemudian dalam perjalanan pulang, saya meninjau Leonardo da Vinci Scholarship. Jika saya perhatikan, Leonardo da Vinci Scholarship mirip dengan apa yang saya bikin di Gorontalo, yaitu pendidikan berbasis kawasan. Jadi, disamping pendidikan biasa, juga diberikan pendidikan intrepreneur. Pendidikan dimana orang bisa menjadi pengusaha. Saya suka sekali, pendidikan inilah yang saya bikin di Gorontalo.

Apa kelemahan pendidikan kita?
Kelemahan pendidikan kita di Indonesia, tidak punya wawasan kewirausahaan, sehingga jika orang tamat sekolah harus berfikir, mau kerja di mana, mau melamar di mana. Seharusnya, dia punya wawasan, ada kesempatan apa di masyarakat. Pola pikir seperti ini memunculkan pengusaha-pengusaha hebat. Mereka menciptakan peluang kerja bagi banyak orang. Nah, ini yang kita ingin kembangkan.

Adapun kunjungan ke Belanda, untuk melihat pendidikan kejuruan yang punya wawasan intrepreneur seperti Leonardo da Vinci scholarship, dan mengurus bantuan pemerintah Belanda untuk program air minum dan pendidikan di Gorontalo. Dari Belanda, saya langsung ke Indonesia karena pada hari Minggu (10/12) ada tamu, Menteri Pertanian Malaysia ke Gorontalo. Kunjungan Menteri Pertanian Malaysia dan rombongannya untuk bikin perkebunan jagung dan peternakan sapi di Gorontalo.

Apakah Anda melihat Indonesia kini jauh tertinggal, termasuk di bidang pertanian dan peternakan?
Dalam pertemuan di Lisabon banyak dibahas mengenai globalisasi ke arah teritorial daerah. Saya sependapat, globalisasi sebuah kesempatan yang besar. Jadi, kita melihatnya sebagai sebuah kesempatan. Kita harus membenahi diri agar bisa kompetitif. Jangan iri.

Sekarang banyak diantara kita di Indonesia, ketika era global ini, kita iri. Kok Malaysia lebih maju dari kita. Kok sekarang Vietnam sudah meninggalkan Indonesia. Mestinya bukan begitu. Mestinya, kita membenahi diri, berkompetisi dengan mereka. Kompetisi, baik di tingkat daerah maupun nasional, harus kita benahi. Kalau tidak, kita akan tetap tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain. rm

http://www.rakyatmerdeka.co.id/edisicetak/?pilih=lihat&id=51556
(Rakyat Merdeka, Selasa, 11 Desember 2007, 00:38:36)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home