Thursday, November 22, 2007

Musik Gamelan Dan Tarian Tradisional Goyang Belgia

http://www.rakyatmerdeka.co.id/edisicetak/?pilih=lihat&id=50021
Rakyat Merdeka, Minggu, 18 November 2007, 08:26:26

Musik Gamelan Dan Tarian Tradisional Goyang Belgia

Di Tengah Bopengnya Wajah Ekonomi & Politik Indonesia

DI hari yang cerah, Sabtu (3/11/) lalu di kota Brussels, Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Kerajaan Belgia, Luksemburg dan Uni Eropa Nadjib Riphat Kesoema, membuka acara “Konser Musik Gamelan dan Tari-tarian, Kembang Nusantara: Indonesia Dalam 10 Hari” yang digelar pada 30 Oktober hingga 8 November lalu di Gedung Museum Alat-Alat Musik (MIM/Musical Instruments Museum). Acara ini merupakan kerja sama antara KBRI di Brussels dengan MIM.

Dalam pidato pembukaannya, Dubes Nadjib Riphat Kesoema menyambut baik kerja sama masyarakat Indonesia dan Belgia dalam mempromosikan Indonesia melalui pagelaran seni dan budaya berupa konser gamelan dan tarian tradisional Bali, Sunda, Jawa dan Sumatera Barat. Ruangan berkapaitas 250 tempat duduk itu, penuh sesak dengan penonton dari masyarakat Belgia.

Juga tampak hadir dalam acara pertunjukan seni budaya Indonesia itu beberapa dubes negara-negara sahabat, seperti Dubes Thailand, Srilanka dan beberapa staf Kedubes Brunei, Jepang, Bangladesh dan yang lainnya.

Pertunjukan gamelan Bali, yang dipimpin oleh I Made Agus Wardana itu, mendapat sambutan yang meriah dari para penonton. Permainan gendang dan suling yang dipertunjukkan I Made Agus Wardana juga berhasil memukau dan mendapat sambutan tempuk tangan yang gemuruh dari para penonton.

Begitu acara pertunjukan seni budaya selesai, puluhan penonton langsung berdatangan menuju podium untuk berkenalan langsung dengan para pemain gamelan. Beberapa penonton bule asal Belgia, bahkan ada yang minta ditunjukkan bagaimana caranya menabuh gamelan.

“Bentuk pagelaran musik gamelan berikut sajian tari-tarian sebagai komplementasi musik gamelan ini merupakan kegiatan yang diminati masyarakat Eropa, khususnya di Brussels,” ujar Kepala Bidang Penerangan, Sosial dan Budaya) KBRI di Belgia PLE Priatna ketika bincang-bincang dengan koresponden Rakyat Merdeka di Belanda A. Supardi Adiwidjaya usai acara konser itu.

Menurutnya, kita ini menghadapi sebuah publik negara maju dan kita harus terus meperkenalkan wilayah kita dan budaya Indonesia kepada mereka. Bentuknya macam-macam, bisa wajah politik, wajah ekonomi, wajah budaya lewat pertunjukan musik gamelan seperti ini.

Priatna menyatakan, salah satu pasar budaya yang kita miliki sangat luas. Yang bisa diterima oleh masyarakat di sini secara lebih baik adalah mungkin menggunakan medium budaya.

“Diplomasi budaya itu kita gunakan sebagai sarana utama untuk terus memperkenalkan ini lho Indonesia, ini yang dipunyai Indonesia. Ini sebagian kecil keindahannya yang pantas anda lihat. Ini sebuah wajah yang kita yang jujur dengan publik ini, bahwa kita memiliki tempat, budaya, kekayaan musik, kekayaan bunyi-bunyian, kekayaan instrumen, kekayaan lukisan yang sangat potensial untuk dikedepankan kepada publik Belgia,” paparnya.

“Kita tawarkan itu supaya publik di sini melihat ada sesuatu yang... oh ya, tidak hanya hal-hal buruk saja yang kelihatan tentang Indonesia. Tetapi kita tetap masih ada sebuah keseimbangan, ada sesuatu yang indah, ada sesuatu yang membuat orang berbahagia, ada sesuatu yang membuat perasaan orang itu menjadi ingin ke Indonesia. Nah itu kan harus dilakukan oleh banyak orang,” ujar Priatna.

Menurut Priatna, kita tidak bisa melakukan semua hanya untuk semata-mata ini ekonomi Indonesia, ini politik Indonesia. Tidak bisa tanpa jembatan, tanpa budaya. “Kita sulit masuk ke dalam khazanah yang substansial semacam itu. Karena wajah kita itu, jujur saja, terlalu banyak bopengnya di bidang ekonomi, banyak bopengnya di bidang politik.”

“Nah, dengan medium budaya wajah asli kita ini, masih kelihatan wajah asli kita, wajah sebuah tampilan kejujuran yang ingin kita ketengahkan kepada publik, inilah yang kita miliki, inilah kekayaan budaya Indonesia,” kata Priatna.

Dengan kekayaan budaya ini, lanjut Priatna, anda pantas melihatnya dan anda pantas bekerja sama dengan negara ini. Intinya itu. Jadi kalau dari festival budaya yang digelar KBRI di MIM ini, kita sebetulnya ingin membuat pasar budaya. “Target yang ingin kita capai sebagai sasaran kita itu dari anak sekolah dasar sampai orang tua. Tampaknya apa yang kita lakukan ini berhasil,” ujar Priatna. rm

0 Comments:

Post a Comment

<< Home