Thursday, November 22, 2007

Investor Belanda Keluhkan Akses Transportasi Indonesia

http://www.rakyatmerdeka.co.id/edisicetak/?pilih=lihat&id=50016
Rakyat Merdeka, Minggu, 18 November 2007, 06:00:47

Investor Belanda Keluhkan Akses Transportasi Indonesia

Belanda, myRMnews. Hubungan dagang Indonesia dan Belanda masih menyimpan persoalan. Yaitu, di antaranya masalah standar kualitas produk Indonesia, akses pasar dan kegiatan ekonomi. Selain itu, para investor Negeri Kincir Angin juga mengalami kendala dalam berbisnis dengan Indonesia.

Demikian diungkapkan Menteri Perdagangan (Mendag) Mari Elka Pangestu di sela-sela pertemuan bisnis (Indonesia Business Forum) dengan sekitar 60 pengusaha Belanda di World Trade Centre (WTC), Rotterdam yang digelar 13-15 November lalu. “Rata-rata berkaitan dengan nilai dari suplai dan konsekuensi dari kualitas serta akses transportasi. Ini yang banyak dikeluhkan investor Belanda di pasar Indonesia,” beber Mari yang memboyong pengusaha anggota Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.

Koresponden Rakyat Merdeka di Belanda A. Supardi Adiwidjaya melaporkan, kendati begitu, Mari mengungkapkan, peluang Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke Belanda dan negara-negara di Eropa masih sangat tinggi. Sebab, masyarakat Belanda sangat mengenal Indonesia.

“Jadi promosinya tidak terlalu sulit dilakukan. Dan mungkin kita harus terus menggalakkannya saja dengan benar mengirim barang-barang yang berkualitas tinggi yang mereka butuhkan,” ujarnya.

Menteri Perdagangan Mari Pangestu dan Menteri Ekonomi Kerajaan Belanda Maria J.A. van der Hoeven membuka pertemuan periodik mixed commission (Komisi Gabungan) Belanda-Indonesia yang ke-19. Pembahasan tentang masalah-masalah perdagangan dan investasi, manajemen air, soal energi (termasuk biofuls), pertanian, ekoturisme antara kedua negara tersebut, dipimpin Dirjen Hubungan Ekonomi Luar Negeri dari Kementerian Ekonomi Belanda Roderick van Schreven serta Dirjen Hubungan Eropa dan Amerika Deplu RI Eddi Hariyadhi. Turut hadir Dubes RI untuk Belanda Junus Effendi Habibie.

Belanda, menurut Mari, adalah trading partner (mitra dagang) Indonesia yang utama untuk pasar Uni Eropa. Dulu, Belanda merupakan pintu masuk untuk pasar Eropa. Neraca perdagangan Indonesia-Belanda saat ini juga surplus. Tahun 2006, nilai ekspor Indonesia ke Belanda berjumlah 2,1 miliar dolar AS, sementara impor Belanda ke Indonesia sekitar 1 miliar dolar AS.

“Makanya produk-produk Indonesia harus memenuhi standar dan persyaratan Uni Eropa. Nah di sini kita bisa meminta bantuan kepada Belanda untuk memenuhi standar dan syarat untuk berbagai produk Indonesia.

Dan dalam hubungan inilah, kita menandatangani kerja sama antara CBI (Center for Promotion of Import from Development Countries) dan BPEN (Badan Pengembangan Ekspor Nasional),” paparnya.

Menurut Mendag, CBI adalah suatu organisasi di Belanda yang membantu masuknya produk-produk dari Indonesia ke Belanda dan negara-negara Uni Eropa lainnya. Saat ini Departemen Perdagangan sedang mempelajari produk-produk apa saja yang paling utama dan berpangsa pasar besar di Belanda. Mari menjelaskan, sebanyak 40 persen kelapa sawit di Belanda itu datangnya dari Indonesia, produk kayu sekitar 20-30 persen dan juga produk-produk lain seperti handy-craft, furniture dan sebagainya.

“Nah ini yang harus kita tingkatkan, antara lain dengan promosi. Kita juga berencana membuat International Trade Promotion Centre di Rotterdam, mengikuti pameran-pameran di Belanda,” urainya.

Mari pun menjelaskan apa saja yang sudah dicapai oleh pemerintah Indonesia dalam memperbaiki iklim investasi. Mengenai peluang Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke Belanda dan negara-negara di Eropa lainnya, kata Mari, sangat tinggi. Sebab, masyarakat Belanda sangat mengenal Indonesia, jadi promosi tidak terlalu sulit dilakukan. “Dan mungkin kita harus terus menggalakkannya saja dengan benar mengirim barang-barang yang berkualitas tinggi yang mereka butuhkan,” tegas Mari. rm

0 Comments:

Post a Comment

<< Home